Assalamu’alaikum sobat orenji, memang kalo baca judul diatas kayaknya koq skeptis terhadap Allah, meragukan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. Tapi tunggu dulu sobat, yakinlah janji Allah SWT itu PASTI!! (udh huruf gede semua pake tanda seru dua lagi,hhe). Jadi maksud disini bukan untuk membuat sobat ragu, akan tetapi mengajak untuk mengkaji bagaimana maksud sebenarnya dari Al Qur’an surat An Nur ayat 26.
Awalnya jadi paham karena waktu itu lagi nonton acara Islam itu Indah yang dibawakan salah satunya oleh Ustadzah Oki Setiana Dewi, salah satu ustadz menerangkan mengenai ayat ini. Klo dipikir-pikir, klo benar ini janji Allah, kenapa Fir’aun yg jahatnya nggk ketulungan, punya istri Siti Asiyah yang udah cantik trus baik bgt? kenapa di pemberitaan media banyak kasus KDRT suami istri? kenapa tetangga sebelah ditinggal istrinya kawin lagi? kenapa begini kenapa begitu… Apakah ayat Al Qur’an itu salah? eits tunggu dulu ya. Yuk kita kaji bareng-bareng, ane jg sambil baca-baca dari beberapa referensi
اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
“ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga). (Qs. An Nur:26)”
Nah klo kita cermati, biasanya yang sering kita lihat/dengar cuma penggalan yang menyebutkan sampai penjelasan “laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula”. Sedangkan lanjutan ayat tersebut tidak diikutkan. Padahal ayat ini merupakan satu paket ayat yang bersambung. Jika kita pelajari dari asbabun nuzul atau asal usul turunnya, ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan bin al-Mu’attal r.a. dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka.
Alkisah dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang, yang kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW. dan para shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah. Peristiwa ini menjadi fitnah dikalangan umat muslim karena hasutan dari golongan Yahudi dan munafik yang meniupkan gosip telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.
Masalah menjadi besar karena sempat terjadi perpecahan antara kaum muslimin yang pro dan kontra. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Karena itulah Allah menurunkan satu paket ayat An Nur 11-26.
Ayat 26 inilah yang membersihkan isteri Nabi, Aisyah dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Fitnah adalah perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada orang yang keji pula. Adapun ucapan-ucapan yang baik adalah keluar dari orang-orang yang baik pula, dan memanglah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Maka makna ayat diatas juga sangat tepat bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah, fitnah hanya keluar dari orang –orang yang berhati dengki,kotor, tidak bersih.Orang yang baik akan tetap bersih karena kebersihan hatinya.
Kembali ke pembahasan dari maknanya, Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau anjuran,sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini. Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama: Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada. Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana.
Jika kita bandingkan dengan Annur ayat 3,
“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3
Ayat ini lebih tegas lagi mengandung unsur “perintah” untuk mencari pasangan yg sepadan. Seperti yang dimaksud dari ayat ini, ayat 26 dari surat An Nur bukanlah merupakan janji Allah kpd manusia yg baik akan ditakdirkan dgn pasangan yg baik. Namun ayat tersebut merupakan perintah agar umat Islam memilih pasangan yg baik utk dijadikan pasangan hidup. Sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah bagaimana mencari kriteria pasangan yang baik? yaitu dari kecantikannya, kekayaannya, keturunannya, namun yg paling utama yaitu dari agamanya.
Sehingga kesimpulannya, ayat tersebut bisa diartikan sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa yg baik “otomatis” akan mendapatkan pasangan yg baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memperbaiki diri lebih baik. Jadi gini sobat contohnya, kalau sobat ingin memiliki seorang istri sholehah, tentunya sobat harus rajin juga men-sholehkan diri. Kalau ingin punya suami yang berilmu dan rajin mengaji, tentunya sobat harus rajin belajar mengaji serta sering ke majelis ta’lim. Jika ingin beristri wanita yang selalu menjaga diri dan rajin memperbaiki diri, maka sobat juga harus jaga pandangan dan rajin-rajin memperbaiki diri.
Jadi, semangat yuk untuk sama-sama istiqomah memperbaiki diri menjadi muslim yang lebih baik! :’)
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..
referensi:
sumur1
sumur2
sumur3
sumur4