Sobat orenji perlu hati-hati ketika dapat pujian dari orang lain, karena ini bisa membuat kita makin sombong dan berbangga diri (ujub).
Seperti yang ditauladankan oleh sahabat mulia Rosulullah, Abu Bakr Ash Shiddiq dimana ketika beliau mendapatkan pujian dirinya merasa takut dan meminta pd Allah agar tidak disiksa karena pujian tersebut. Karena Allah dan dirinya-lah yang paling tahu isi hatinya, bagaimana buruk dan baik dirinya sesungguhnya.
Sebagaimana yang diucapkan Abu Bakr
ketika dipuji, sebaiknya kita berdo’a:
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka]
( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)
Malapetaka di balik sanjungan dan pujian dapat menjadikan kita semakin sombong sebagai makhluk yang independen. Ujub, takjub atas kemampuan diri dimana segala sesuatu ini adalah hasil kemampuan kita, dan tidak membutuhkan pertolongan Allah. Para salaf takut atas pujian karena khawatir amalan jadi terhapus karena selalu mengharap pujian.
Lebih parahnya, setiap amalan dan ibadah yang kita kerjakan bukan karena mengharap ridha Allah, namun karena mengharap pujian sehingga menjadikan kita tidak ikhlas dan riya’ dalam beribadah.
Sungguh sejatinya segala pujian hanya milik Allah Subhanallahu Wata’ala.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari setiap penyakit hati..